A. Internet dan Gerakan Sosial
Harper mengemukakan (1989) secara
formal bahwa gerakan sosial dapat didefinisikan sebagai kolektivitas yang tidak
konvensional dengan beragam derajat organisasinya yang berupaya mendorong
ataupun mencegah perubahan. Gerakan sosial adalah sekelompok orang yang
terlibat dalam mencari penyelesaian atau untuk menghambat suatu proses
perubahan sosial.
Rudolf Herbele (1979)
mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya kolektif guna mengubah kekuasaan
sebagai wujud reaksi terhadap tren sosial tertentu, dalam hal ini tren sosial
tersebut merupakan kondisi sosial yang mengkondisikan kemunculan sebuah
gerakan.
Anthony Giddens menambahkan bahwa
gerakan sosial sebagai upaya kolektif demi mengejar kepentingan bersama melalui
tindakan kolektif diluar ruang lingkup lembaga-lembaga mapan. Sedangkan menurut
Misel (2004) gerakan sosial adalah seperangkat keyakinan dan tindakan yang
tidak terlembaga yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk memajukan atau
menghalangi perubahan dalam masyarakat.
Schneider dan Foot (2008)
memandang bahwa sebagai pengguna jejaring sosial dapat dianggap sebagai kelompok
link dalam jejaring sosial yang menghubungkan minat yang sama dan/atau memiliki
informasi dan profil yang sama dalam sebuah jaringan seperti pengguna sosial
media sekarang dianggap sebagai link-link antar individu dan kelompok yang
berinteraksi satu sama lain melalui sosial media dimana manusia
direpresentasikan dengan link-link untuk berinteraksi seolah-olah secara fisik
melalui internet.
Sosial media atau internet menjadi
agen perubahan sosial di tangan generasi muda Indonesia saat ini. Sosial media
dapat menghasilkan sebuah kelompok, organisasi, komunitas untuk pendukung dan
penekan yang dengan bantuan media massa, mampu menghasilkan perubahan nyata
dilakukan sangat cepat. Grub di Facebook,
Instagram, Twitter. Misalnya, dapat menarik orang-orang yang memiliki kesamaan
pandangan dari berbagai kota di seluruh Indonesia. Setelah grub menjadi besar
dan anggotanya aktif berbagi pendapat, kita dapat mengkategorisasi angggota
berdasarkan lokasi tempat tinggal. Selanjutnya kita membentuk kelompok-kelompok
lokal sendiri yang bergerak dan membuat aksi solidaritas masing-masing sehingga
memobilisasi mereka yang tak terkoneksi media sosial/internet.
Perubahan sosial disebabkan oleh
berbagai macam agen perubahan (agents of
change), tetapi di era modern ini media massa seperti televisi dan
internetlah yang sangat menonjol. Bentrokan mahasiswa, kaum wanita menentang
praktek aborsi, gerakan mengumpulkan koin bagi Prita, dan kerumunan di
alun-alun kota memprotes pemerintah yang menindas. Kesemuanya adalah gerakan
sosial yang merupakan perubah paling manjur dalam masyarakat kita.
Hadirnya media sosial yang dijembatani internet (cyberspace) telah
membentuk perilaku tersendiri dalam masyarakat. Facebook, Google, Blog dan
Twitter, dalam waktu relatif singkat menjadi ruang raksasa yang menampung
segala macam informasi, protes dan kritik hingga tuntutan revolusi dari
masyarakat. Internet bukan lagi sekedar dunia maya, tetapi mentransformasi
berbagai protes, kritik dan kekecewaan tersebut ke dalam dunia nyata. Bisa
dalam bentuk apatisme terhadap politik, gerakan sosial, hingga tuntutan
revolusi.
B. Warna Baru dalam Media: New Media
Teknologi mengalami perkembangan
yang sangat luar biasa pesat ke segala penjuru bidang, seperti teknologi ilmu
kedokteran, pertanian, peternakan, transportasi, maupun teknologi komunikasi.
Dalam pembahasan ini, teknologi yang akan dikupas secara mendalam adalah
physical technology dalam hal ini teknologi komputer yang tidak hanya dilihat
sebagai benda mati melainkan menjadi sebuah social technology dalam hal ini
teknologi internet yang dinilai sebagai arena sosial (Bell, 2001).
Kehadiran New Media atau media baru sebagai media digital di arena sosial
memiliki konten yang berbentuk gabungan data, teks, suara dan berbagai jenis
gambar yang disimpan dalam format digital dan disebarluaskan melalui jaringan
berbasis kabel optic broadband,
satelit dan sistem transmisi gelombang mikro (Flew, 2008).
Flew (2008) mengidentifikasi lima
karakteristik dalam media baru, yaitu:
a) Manipulable. Informasi digital mudah
diubah dan diadptasi dalam berbagai bentuk, penyimpanan, pengiriman dan
penggunaan.
b) Networkable. Informasi digital dapat
dibagi dan dipertukarkan secara terus menerus oleh sejumlah besar pengguna
diseluruh dunia.
c) Dense. Informasi digital berukuran besar
dapat disimpan di ruang penyimpanan kecil (contohnya USB) atau penyedia layanan
jaringan.
d) Compressible. Ukuran informasi digital
yang diperoleh dari jaringan manapun dapat diperkecil melalui proses kompres
dan dapat didekompres kembali saat dibutuhkan.
e) Impartial. Informasi digital yang
disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan yang direpresentasikan dan
digunakaan oleh pemiliknya.
Sesuai dengan pemaparan tersebut,
media baru tidak hanya dapat dikatakan sebagai jembatan baru antara beberapa
media, namun juga menjebatani perbedaan antara batasan kegiatan komunikasi
pribadi dengan batasan kegiatan komunikasi publik. Media baru memiliki
kemampuan untuk membentuk gerakan baru demi mencapai tujuan publik.
C. Contoh Gerakan Sosial Melalui Sosial Media
1. Akun
Sekolah Relawan di Instagram
Akun ini merupakan akun lembaga
sosial kemanusiaan atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfungsi sebagai
membantu memberi informasi dan menjadi suka relawan (volunteer) untuk berpartisipasi kepada kasus-kasus tertentu.
Kasus-kasus tersebut tidak hanya sebagai membantu korban bencana namun juga
memfasilitasi atau menjembatani media sebagai tempat jalan alternatif membantu
kasus tersebut. Contoh; menyuarakan dukungan kepada Muslim Uighur yang berada
di wilayah Xinjiang China, Menyuarakan dukungan untuk Negara Palestina.
Contoh lain seperti gerakan
Selamatkan Hari Anak Universal, Membela dukungan untuk Muslim yang ada di
Suriah dalam keadaan perang, dan juga membantu menyalurkan donasi untuk
kasus-kasus tertentu. Gerakan sosial media ini bersifat global, walaupun akun
Instagram milik salah satu warga Indonesia. Namun juga teteap menyuarakan untuk
membela HAM sedunia.
Kondisi gerakan sosial pada kasus
di atas terjadi dikarenakan adanya pelanggaran HAM yang menngakibatkan lahirnya
gerakan-gerakan untuk membela kasus tersebut. Kondisi ini juga sangat
berpengaruh pada Dunia atau Global, yang akan bergerak sesuai dengan keadaan
Negara atau Dunia yang memang membuthkan bantuan kita. Bentuk dari pergerakan
akun ini juga bersifat universal atau bersifat umum.
Tujuan dari akun Suka Relawan ini
sebagai bentuk memanusiakan manusia, yang siap terjun lapangan demi
kemanusiaan. Menegakkan HAM sebagai wujud dari perdamaian Dunia. Dan
mengimplementasikan ke seluruh Dunia untuk menegakkan keadilan, kemakmuran, dan
kepentingan kolektif.
2. Akun
IndoPROGRESS di Twitter
Akun sosial media ini yang ada di
twitter sebagai media sindikasi pengiat pengetahuan dan aktivis pergerakan
progresif untuk membantu pembangunan gerakan sosial di Indonesia. Akun juga
juga sebagai bentuk aspirasi kemajuan Negara Indonesia.
Contoh gerakan sosial dalam akun
ini seperti gerakan pada kasus trending kemarin yaitu menyuarakan/gerakan
dukungan untuk melawan politik uang, terbitkan perpu KPK, tolak kenaikan BPJS
dan menyuarakan Demokrasi di Indonesia. Akun ini lebih memusatkan gerakannya di
Indonesia, namun juga ada di Dunia namun hanya sekedar menyuarakan kebenaran
demi Hak Asasi Manusia (HAM).
Proses terjadinya gerakan di akun
ini dikarenakan adanya suatu kondisi yang janggal terjadi di Indonesia. Dan
juga adanya informasi-informasi yang sekiranya merugikan warga Indonesia,
mengkritisi perpolitikan di Indonesia. Sebagai wujud dukungan gerakan demi
kemajuan Negara demokrasi ini.
Tujuan dari gerakan akun sosial
media ini sebagai bentuk dukungan pergerakan untuk memberantas para penikmat
uang rakyat, menegakkan kebenaran, dan juga ikut berpartisipan dukungan kepada
mahasiswa. Gerakan akun ini bersifat umum yang dapat diikuti seleuruh rakyat
Indonesia.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa, sebuah gerakan perubahan juga bisa
dilakukan lewat media digital yang juga besar pengaruhnya untuk menciptakan
perubahan. Media sosial pada dasarnya memiliki peran penting dalam upaya menyebarkan pesan politik, memfasilitasi
interaksi dan transaksi politik dan mampu membangun pengetahuan tentang
berbagai isu politik yang kian berkembang. Terkait hal tersebut, media sosial
juga bisa menjadi medium baru terkait pembentukan identitas kolektif
yang bisa diakumulasikan guna mencapai suatu gerakan yang diharapkan bisa
mencapai perubahan dalam masyarakat.
D. Perubahan Melalui Gerakan Sosial Baru
Salah satu cara yang bisa
dilakukan untuk mencapai suatu perubahan adalah dengan melakukan suatu gerakan
sosial. Gerakan sosial pada umumnya
bisa disebut sebagai suatu gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat
dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur
pemerintah karena kebijakan yang diberikan oleh pemerintah tidak lagi sesuai
dengan konteks masyarakat yang ada saat ini atau bisa saja kebijakan yang ada
bertentangan dengan kehendak sebagian besar masyarakat. Untuk mewujudkan suatu
tindakan kolektif yang bisa membawa ke arah tercapainya tujuan, tentu
dibutuhkan sebuah strategi khusus salah satunya adalah dengan melakukan adalah proses framing.
Gerakan yang dilakukan melalui sosial media termasuk sebagai new
social movement. New social movement atau gerakan
sosial baru dipahami sebagai suatu tipe gerakan sosial yang memiliki tampilan
karakter yang baru bahkan unik. Gerakan ini lebih berpusat pada tujuan-tujuan non material dengan menekankan pada perubahan-perubahan dalam gaya
hidup dan kebudayaan daripada mendorong perubahan-perubahan spesifik dalam
kebijakan publik atau perubahan ekonomi (Nash, 2005). Dengan penekanan pada isu-isu spesifik yang
non-materialistik, gerakan sosial baru tampil sebagai perjuangan lintas kelas.
Gerakan sosial baru juga umumnya lebih memilih saluran diluar politik normal,
menerapkan taktik yang mengganggu (disruptive), dan memobilisasi opini
publik untuk mendapatkan daya tawar politik. Aktivis gerakan ini juga
mempergunakan bentuk-bentuk demonstrasi yang sangat dramatis dan direncanakan
matang sebelumnya, lengkap dengan kostum dan representasi simboliknya (Suharko,
2006).
Dari segi struktur, gerakan sosial baru
mengorganisasikan dirinya dalam gaya yang mengalir dan tidak kaku untuk
menghindari bahaya oligarkisasi.
Mereka menyerukan dan menciptakan struktur yang lebih responsif kepada
kebutuhan individu, yakni struktur yang terbuka, terdesentralisasi dan
non-hierarkis. Partisipan gerakan sosial baru ini berasal dari basis sosial yang
melintasi kategori-kategori sosial seperti gender, pendidikan, okupasi dan
kelas; berbeda dengan gerakan sosial lama yang biasanya melibatkan kaum
marginal dan teralienasi (Suharko, 2006).
Bila dalam teori tradisional tentang pengerahan sumber daya dinyatakan bahwa untuk membuat dan mengerahkan massa dalam suatu
pergerakan sosial membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kini, internet telah
membalikkan perahu teori tersebut. Dengan bantuan internet (dan media-media
sosial), mengorganisir dan mengerahkan massa tidak lagi membutuhkan biaya yang
besar (meskipun mungkin tidak bisa dikatakan tanpa biaya sama sekali). Oleh sebab
itulah saat ini dapat kita jumpai dengan mudah berbagai bentuk penggalangan
solidaritas dan massa melalui media sosial, seperti melalui Facebook,
Twitter, Instagram, dan lain sebagainya.
Peran sosial media dalam memberikan ruang baru untuk berinteraksi dan
membentuk identitas sendiri inilah yang menjadi kekuatan tersendiri media
sosial dalam mencapai perubahan dibandingkan dengan pola gerakan konvensional
lainnya.
Secara umum, gerakan sosial baru menampakkan
wajah gerakan sosial yang plural; yang terpantul jelas melalui bentuk-bentuk
aksi gerakan sosial baru yang menapaki banyak jalur, mencita-citakan beragam
tujuan, dan menyuarakan aneka kepentingan. Area aksi-nya juga melintasi
batas-batas region, dari aras lokal hingga internasional, sehingga strategi dan
cara mobilisasinyapun bersifat global. (Singh, 2001).
E. Dampak
Positif dan Negatif Terhadap Gerakan Sosial Media
Dampak positif dan pentingnya
media sosial, public menjadi lebih tanggap dan kritis akan isu-isu apapun yang
sedang terjadi di sekitar, maupun di Negara luar. Akhirnya juga akan
meminimalisir penyalahgunaan wewenang oleh pejabat publik atau siapa pun yang
menyalahai aturan, yang melanggar HAM, karena fungsi pengawasan yang dilakukan
public media sosial begitu terbuka dan transparan.
Dampak negatif dari gerakan sosial
media ini terkadang orang menyalahgunakan media sebagai informasi penyebaran
hoax, atau termakan isu yang bersifat bohong. Dan dapat menghancurkan
kepercayaan public terhadap gerakan-gerakan yang ada di sosial media. Apa lagi
di Indoensia sebagai Negara yang sering termakan hoax, khususnya di Aceh.
Kesimpulan
Gerakan yang dilakukan melalui sosial media termasuk sebagai new
social movement. New social movement atau gerakan
sosial baru dipahami sebagai suatu tipe gerakan sosial yang memiliki tampilan
karakter yang baru bahkan unik. Gerakan ini lebih berpusat pada tujuan-tujuan non material dengan menekankan pada perubahan-perubahan dalam gaya
hidup dan kebudayaan daripada mendorong perubahan-perubahan spesifik dalam
kebijakan publik atau perubahan ekonomi (Nash, 2005).
Kondisi isu-isu gerakan sosial yang ada di atas bersifat universal, yang
dimana isu tersebut terjadi dikarenakan banyakkan pelanggaran HAM yang terjadi
baik di Indonesia maupun di Dunia. Adanya penyimpangan sosial baik dari stuktur
maupun kultur.
Tujuan dari gerakan akun sosial
media ini sebagai bentuk dukungan pergerakan untuk memberantas para penikmat
uang rakyat, menegakkan kebenaran, dan juga ikut berpartisipan dukungan kepada
mahasiswa. Gerakan akun ini bersifat umum yang dapat diikuti seleuruh rakyat
Indonesia.
Referensi
Nash, June (Ed.). 2005. Social Movements, An Anthropological Reader.
Oxford: Blackwell Publishing Ltd
Singh, Rajendra. 2010. Gerakan Sosial Baru. Penerbit Resist
Book. Yogjakarta.
Suharko, 2006. Gerakan Sosial: Konsep, Strategi, Aktor, Hambatan dan Tantangan Gerakan
Sosial di Indonesia. Buku Seri Demokrasi II, Program Penguatan Simpul
Demokrasi. Jakarta: Averroes Press
Sunarto,
Kamanto. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi.
Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004
Sosial
Media
https://instagram.com/sekolahrelawan?igshid=12h9x7scp9f8d
(diakses pada 21 Desember 2019)
https://twitter.com/indoprogress?s=20 (diakses
pada 21 Desember 2019)
0 Comments