Pandangan Sosiologis Terhadap Pandemi Covid-19

Virus korona atau Covid-19 telah menjadi wabah penyakit global, yang berasal dari Wuhan Tiongkok. Wabah ini secara normative menimbulkan dampak dan risiko dalam bidang kesehatan, ekonomi, dan keselamatan penduduk dunia, yang disebutkan oleh Giddens sebagai risiko eksternal atau risiko alamiah. Hal ini terjadi melalui informasi mengenai wabah Covid-19 yang cepat menyebar melalui media sosial dan perangkat informasi lain yang menimbulkan kepanikan global.
Risiko ini menimbulkan risiko lain berupa tindakan irasional, yang dilakukan oleh beberapa warga lokal di beberapa kota/daerah dengan memborong bahan makanan pokok dalam jumlah tak wajar sebagai antisipasi meluasnya Covid-19 dan juga terjadi kapitalisasi instrument medis berupa masker, hand sanitizer yang dimanfaatkan aktor-aktor tertentu untuk memonopoli keuntungan. Hal ini yang terjadi ialah penggunaan rasionalitas instrumental oleh sebagian warga dengan membeli masker yang harganya meroket karena yang lebih mereka perdulikan ialah aspek kesehatan sebagai asset penting dalam kehidupan kerangka aktualitasi nyata karakteristik era modernitas ini.
Covid-19 mempengaruhi tindakan seseorang, dimana seseorang tersebut takut akan terjadinya sesuatu kepada dirinya dan melakukan sesuatu untuk melindungkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain, yang disebut dengan hysteria. Adanya tindakan ini melahirkan para kapitalis-kapitalis yang secara nyata muncul dipermukaan masyarakat untuk menghancurkan struktur sosial di masyarakat.
Hal ini menimbulkan masalah baru, yaitu bagaimana pekerja sektoral informal atau warga masyarakat yang menghasilkan pendapatan dibawah rata-rata bisa membeli masker/hand satinizer dengan harga semahal itu, sehingga mereka lebih mengutamakan makanan/ekonomi dibandingkan dengan kesehatan di tengah pademi Covid-19 ini.
Dalam kerangka era modernitas akhir, kata Giddens kita harus mengakomodasi perubahan dan ketidakpastian dalam hidup, tak terkecuali perubahan dan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh wabah penyakit dengan selalu memperbaiki perilaku hidup sehat secara individual. Sudah seharusnya kita membentuk ikatan dan jejaring sosial dalam menguatkan peran dan tindaka sosial kita yang berfungsi dalam meminimalisir meluasnya dampak wabah penyakit seperti saling mengingatkan dan berbagi infromasi secara sosial mengenai cara memproteksi diri dari virus korona atau Covid-19 baik melalui dunia maya maupun dunia nyata.
Komunitas sangat dibutuhkan sekarang dalam membantu menyebarkan informasi dari arahan pemerintah kepada masyarakat-masyarakat baik di kota, maupun daerah, seperti mengingatkan kepada warga masyarakat untuk menggunakan masker, menjaga jarak/ social distancing dan dilarang mudik bagi yang tinggal dikota/ pusat yang terkena wabah zona merah. Bahkan kepala keluarga sendiripun harus mengambil peran nya sendiri untuk melindungi keluarganya, tidak perlu menunggu arahan dari Keuchik atau pemerintah. Makanya pentingnya pemahaman yang luas terkait tentang pandemi Covid-19 ini.

Titik Tekan Yang Diberikan Pada Masyarakat
Masyarakat dimintai oleh otoritas untuk tetap dirumah aja tapi tidak ada solusi untuk mereka yang mempunya penghasilan dibawah rata-rata, ini otomatis masyarakat tertekan dengan diberlakunya kebijakan tersebut. Edukasi kepada masyarakat dinilai sangat penting, sebagai salah satu upaya memutus mata rantai penyebaran covid-19.  Dan edukasi tersebut harus tersebar dalam masyarakat melalui penanganan masing-masing daerah, kecamatan, gampong, hingga kepala lorong.
Edukasi tersebut bisa berupa larangan untuk keluar rumah, cuci tangan menggunakan sabun, dan melakukan pelajaran sekolah secara online seperti yang diterapkan pihak Univeritas dan sekolah-sekolah sekarang. Yang kedua adanya bantuan public kepada masyarakat kurang mampu seperti mengratiskan listrik, memberikan paket kepada mahasiswa, dan berbagi sambako di setiap dusun.

Upaya Promotif, Preventif, Kuratif
            Bentuk upaya promotif dalam pencegahan penularan virus korona sebaiknya dengan adanya pemasangan spanduk dan poster-poster program pencegahan covid-19. Contoh di kota Banda Aceh adanya spanduk-spanduk di tempat umum yang membahas tentang covid-19, dan juga baliho-baliho di jalanan yang semuanya terkait kesehatan dalam menghadapi covid-19. Program ini juga merupakan bentuk integrasi dari usaha promotif dan preventif.
Untuk tahap kedua yaitu pelayanan preventif, seperti yang sudah disebut, program yang dilakukan pemerintah kota Banda Aceh merupakan gerakan yang dapat membuat penurunan tingkat penyebaran virus korona, penurunan produktivitas penduduk, dan penurunan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan. Program ini tefokuskan pada tiga topic yaitu aktivitas fisik, makanan keseimbangan dan pemeriksaan kesehatan rutin (Kuswenda, 2017).
Upaya pelayanan kuratif covid-19 dapat dilakukan harus diterapkan sebenarnya dengan memberikan kepada masyarakat suatu yang dapat membuat tubuh kebal seperti jamu misalnya yang dibagikan oleh pemerintah atau pemberdayaan di masyarakat itu sendiri untuk membuat jamu, atau ada obat yang diberikan oleh puskesmas atau rumah sakit swasta, dalam pademi ini mungkin lebih cocok untuk diterapkan test rapid di suatu tempat atau di layanan kesehatan untuk mencegah penyebaran virus korona.

Mitigasi                  
Pencegahan penularan covid-19 merupakan hal yang sangat penting, seperti di Negara luar yang terkena dampak covid-19 ini melakukan pengendalian pergerakan penduduk dan pembatasan interaksi sosial. Pencegahan penyebaran covid-19 tidak bisa dikerjakan oleh pemerintah saja, tetapi harus melibatkan seluruh warga. Pencegahan penyebaran perlu menjadi gerakan bersama.
Memberhentikan penerbangan keluar masuk Negara menjadi salah satu kunci memberhentikan covid-19, namun itu sangat susah dihentikan, karena akan terganggunya struktur sosial di suatu Negara. Namun dengan adanya kebijakan karantina sebenarnya sudah cukup membantu dalam mengurangi penyebaran virus korona ini.
Yang perlu dilakukan di lingkungan dengan adanya praktik kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti hindari kontak fisik dengan mereka yang sedang mengalami sakit, melakukan pemantauan terhadap kedatangan warga atau tamu untuk mengantisipasi bila datang dari Negara terjangkit covid-19.

Tantangan dan Persoalan Yang Dihadapi
Sebagai sosiolog pasti banyak melihat fenomena-fenomena yang muncul dengan adanya covid-19 tersebut, bisa jadi berbentuk negatif maupun positif. Yang paling penting dalam menghadapi pademi covid-19 ini, dengan melakukan semua kegiatan untuk kepentingan bersama, seperti melakukan tindaka kolektif untuk memwujudkan gerakan sosial, tindakan tersebut seperti memviralkan #dirumahaja, yang dapat membantu masyarakat akan dampak dari pademi covid-19 ini. Menyadarkan masyarakat atau mengedukasi masyarakat yang tidak mengetahui dampak-dampak dari covid-19. Memberikan bantuan sosial secara merata di berbagai desa, gampong, dan kota.
Hal yang paling penting dalam masyarakat yaitu menghindari stigma sosial, seperti yang dikatakan Erving Goffman yaitu sebagai situasi yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang yang didiskualifikasi atau dikucilkan dari penerimaan sosial baik sepenuhnya maupun sebagian. Maksudnya berhenti untuk melakukan stigma kepada masyarakat yang datang dari luar, atau ODP maupun PDP atau orang-orang yang sudah sembuh dari positif virus korona. Namun bukan berarti kita tetap malakukan kontak fisik kepada mereka. Tetapi menghidari perasaan negatif kepada mereka, tetap berjaga jarak, dan menggunakan masker, sesuai dengan yang diperintahkan oleh otoritas.
Covid-19 ini sebenarnya bisa dicegah dan dikontrol degan cara yang relative sederhana seperti misalnya mencuci tangan dengan menggunakan sabun, menggunakan hand sanitizer, memperhatikan etika batuk, dsb. Salah satu yang menyebabkan covid-19 ini menakutkan ialah penyebarannya yang sangat cepat, tidak terlihat, ada dimana-mana, apalagi muncul keraguan terhadap kemampuan pemerintahan untuk menangani kasus ini sehingga hal-hal tersebutlah yang menimbulkan kepanikan dimana-mana. Ketika terjadi kepanikan sosial itu biasanya orang melakukan control yang ketat, kekhawatiran tersebut membuat orang secara mandiri melakukan caranya masing-masing untuk dapat melindungi dirinya sendiri, bisa jadi berbasis wilayah, asosiasi tertentu agar dapat mengembalikan tatanan sosial di tengah kekacauan sosial yang disebabkan oleh carut marut penanganan covid-19.




Post a Comment

0 Comments