(Masjid Raya Baiturahman Banda Aceh. Sumber: Instagram @mughniemuhammad)
Serambi Mekah, siapa yang tidak tahu kota ini? Kota sentral umat Islam Indonesia. Banyak ulama
masyur yang lahir di kota ini.
Seperti
Syekh Abdurrauf As-Singkili. Banyak masjid-masjid indah di kota ini. Salah
satunya adalah Masjid Raya Baiturrahman.
Serambi Mekah
atau Aceh merupakan provinsi paling barat Indonesia, diperkirakan penduduknya
sekitar 5.300.000 jiwa. Mayoritas penduduk Aceh adalah muslim. Aceh berbatasan
Teluk Benggala di sebelah Utara,
di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di sebelah timur berbatasan
dengan Selat Malaka, dan sebelah selatan serta tenggara langsung berbatasan
dengan Sumatera Utara.
Islam sudah lama
masuk ke Aceh. Banyak para ahli sejarah baik dalam negeri maupun luar negeri yang
berpendapat bahwa agama Islam
masuk ke Indonesia melalui Aceh.
Keterangan Marco Polo yang bersandar di Perlak pada tahun 1292 menyatakan bahwa
negeri itu sudah menganut agama Islam.
Begitu juga Samudera Pasai, kerajaan Islam ini didirikan oleh
Marah Silu, yang bergelar Sultan Malik As-Saleh, sekitar tahun 1267. Keberadaan
kerajaan ini juga tercantum dalam kitab Rihlan Ila I-Masyira (Penggembaraan Timur) karya Abu
Abdullah Ibn Batuthah (1304-1368) musyafir asal Maroko yang singgah di negeri
ini pada tahun 1345. Masa kebangkitan Samudera Pasai adalah saat kepemimpinan
di bawah pemerintahan Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir, tepatnya pada tahun
1382-1403. Saat di bawah tapuk kepemimpinan Sultan Nahrasyiah kerajaan Samudera
Pasai mengalami masa kejayaan. Pada saat masa kepemerintahannya kerajaan ini
pernah didatangi oleh Laksamana Cheng Ho. Aramda Cheng Ho telah mengunjungi
kerajaan Samudera Pasai berkali-kali diantaranya pada tahun 1405,1408, dan
1412. Kemajuan kerajaan Samudera Pasai diantaranya dalam bidang perdagangan,
pelayaran, perekonomian, dan hubungan internasional.
Runtuhnya
kerajaan Samudera Pasai dikarekan oleh faktor internal dan eksternal. Dalam
faktor internal kerajaan Samudera Pasai runtuh dikarenakan adanya perebutan
kekuasan antara amggota keluarga kerajaan, yang menyebabkan perang saudara.
Sedangkan faktor eksternal runtuhnya kerajaan Samudera Pasai dikarenakan adanya
penyerangan dari Portugal pada tahun 1521.
Setelah
kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Aceh mulai membangun lagi sistem
pemerintahannya. Islam di Aceh mulai lagi berkembang dengan pesat. Islam mulai
berjaya sehingga lahirlah banyak ulama masyur, seperti Syekh Abdurrauf
As-Singkili. Banyak pondok-pondok pesantren yang dibangun untuk menerapkan
nilai-nilai islam pada generasi muda Aceh. Islam di Aceh semakin maju yang
berakibat baik dengan banyaknya masjid-masjid yang dibangun dan telah
ditetapkannya syariat
Islam di Aceh menyatakan
Islam telah mencapai
kejayaannya.
Namun, ketika
tegaknya syariat Islam
di Aceh seakan hanya bagian ketentuan belaka. Potret generasi muda di Aceh saat
ini dalam kondisi sangat-sangat memprihatinkan. Generasi yang menjunjung tinggi
nilai-nilai Islam
dan berprestasi kini tinggal sekumpulan kecil saja dari sebagian besar generasi
yang tergerus modernisasi, mereka kini dalam peradaban yang semu. Kehidupan
generasi sekarang sudah banyak menyimpang dari nilai-nilai budaya Aceh yang Islami dan menyimpang
dari norma-norma Agama.
Hal ini dapat dilihat dari pemudi yang semakin banyak menggunakan jilbab seadanya
dan kebanyakan menggunakan pakaian yang ketat sehingga menampilkan bentuk
tubuhnya. Penyalahgunaan narkotika atau narkoba dan budaya seks bebas. Dengan
begitu cepatnya menyebar dan telah mewarnai kehidupan muda-mudi di Aceh.
Islam adalah
karakter, budaya Islami
adalah ruh dan jiwa orang Aceh, namun budaya Islami kini sudah jauh atau bahkan hampir
terlempar dari raga, sehingga budaya Islami
mulai menghilang. Berboncengan sambil berpelukan bukan mahramnya seakan sudah tidak
lagi tabu dipertontonkan di sepanjang jalan. Berduan di kafe atau tempat-tempat
wisata seakan telah menjadi budaya baru, mirisnya sedikit sekali yang peduli
terhadap hal itu. Inikah wajah Serambi Mekah sesungguhnya? Yang dikenal sebagai
Nanggroe Syariat?
Fenomena yang
terjadi saat ini telah menyimpang dari slogan-slogan tersebut. Islam sebagai
ruh, karakter serta jati diri orang Aceh seakan hilang ditelan waktu. Budaya
modernisasi telah mempengaruhi sebagian besar generasi muda Aceh dari berbagai
aspek. Hilangnya karakter islami dan budaya islami pada sebagian besar generasi
Aceh karena kurangnya pengetahuan tentang Islam,
terlalu banyak mengikuti budaya modernisasi, dan banyak budaya-budaya yang
buruk masuk ke Aceh tidak dapat dibendung. Budaya – budaya buruk itu
sebagian besar masuk melalui media sosial. Kini pengguna media sosial adalah
generasi muda. Generasi muda yang tidak cerdas dalam menggunakan media sosial
akan terjerumus kedalam perubahan modernisasi yang buruk.
Untuk mewujudkan
Aceh dalam bingkai dinul Islami,
peran orang tua sangatlah vital. Orang tua wajib melakukan pendidikan karakter
yang baik kepada anak-anaknya dalam lingkup keluarga dan bermasyarakat. Orang
tua wajib melakukan pembimbingan dan pengawasan tanpa membatasi, terkecuali
dalam hal buruk. Selain orang tua, pemerintah juga harus melakukan penanganan
pada hal ini dengan cara menyaring budaya-budaya modernisasi atau membloking
serta memberikan kecaman terhadap kejahatan dan penyebaran budaya buruk di
media sosial.
Agar tidak semakin ke
jurang yang lebih dalam sebaiknya pemerintah atau instansi - instansi masyarakat lebih
mengedepankan pendidikan yang Islami dan pembinaan karakter kepada muda.
Seperti memperbanyak pondok-pondok pesantren yang berkualitas. Untuk itu,
pemerintah, instansi masyarakat, dan orang tua harus saling merangkul demi
kemajuan Aceh yang berkarakter dalam bingkai Islam.
Mantap bg
ReplyDelete