PENGANTAR SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL

A. DEFINISI PERUBAHAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat dilihat dari segi terganggunya kesinambungan di antara kesatuan sosial walaupun keadaannya relatif kecil. Perubahan ini meliputi struktur, fungsi, nilai, norma, pranata, dan semua aspek yang dihasilkan dari interaksi antarmanusia, organisasi atau komunitas, termasuk perubahan dalam hal budaya.
Perubahan sosial terbagi atas dua wujud sebagai berikut :
1) Perubahan dalam arti kemajuan (progress) atau menguntungkan.
2) Perubahan dalam arti kemunduran (regress) yaitu yang membawa pengaruh kurang menguntungkan bagi masyarakat.
Jika perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Adanya pengenalan teknologi, cara mencari nafkah, migrasi, pengenalan ide baru, dan munculnya nilai -nilai sosial baru untuk melengkapi ataupun menggantikan nilai – nilai sosial yang lama merupakan beberapa contoh perubahan sosial dalam aspek kehidupan. Dengan kata lain, perubahan sosial merupakan suatu perubahan menuju keadaan baru yang berbeda dari keadaan sebelumnya.
Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadi perubahan sosial, yaitu faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan juga faktor yang berasal dari luar masyarakat. Faktor yang bersumber dari masyarakat itu sendiri meliputi : bertambah atau berkurangnya penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan-pertentangan dalam masyarakat, dan terjadinya pemberontakan atau resolusi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Sedangkan, faktor yang berasal dari luar masyarakat meliputi : sebab-sebab yang berasal dari lingkungan fisik yang ada di sekitar manusia, peperangan dengan negara lain, dan pengaruh kebudayaan lain.
Selain adanya faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, adapula faktor yang mendorong dan juga menghambat perubahan sosial. Faktor yang mendorong terjadinya perubahan yaitu : kontak dengan kebudayaan lain, sistem pendidikan yang lebih maju, sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju, toleransi, sistem lapisan masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen, ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu, orientasi ke muka, dan juga nilai meningkatkan taraf hidup.
Faktor yang menghambat terjadinya perubahan soaial adalah : kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisionalistis, adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat, rasa takut akan terjadinya kegoyahan kebudayaan, prasangka terhadap hal-hal yang baru, hambatan ideologis, kebiasaan dan nilai pasrah.

B. PENDAPAT PARA AHLI TENTANG PERUBAHAN SOSIAL
Para sosiolog dan antropolog mempunyai pendapat yang berbeda mengenai perubahan sosial. Berikut ini adalah para ahli beserta  pendapat mereka mengenai perubahan sosial :
1.      William F. Ogburn (1964), mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan material dan immaterial, yang ditekankan pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial.
2.      Kingsley Davis (1960), mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan majikan yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik.
3.   Mac Iver (1937: 272), mengartikan bahwa perubahan sosialsebagai perubahan dalam hubungan sosial (perubahan yangdikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki) atausebagai perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium)hubungan sosial.
4.      Gillin dan Gillin (1957: 279), mengartikan perubahan sosialadalah suatu variasi dari cara hidup yang telah diterima, baikkarena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaanmaterial, komposisi penduduk, dan ideologi maupun karenaadanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalammasyarakat
5.      Selo Soemardjan (1962: 379), merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
6.      Samuel Koenig (1957: 279), mengatakan bahwa perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi dapat disebabkan oleh faktor intern dan ekstern.
7.      Sugihen (1982), mengkaitkan perubahan sosial dengan beberapa kata lain yang merujuk pada proses sosial yang sama, seperti : industrialisasi, modernisasi, dan pembangunan.
8.      Merton (1957;1964), mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan fungsi manifestasi dari suatu rekayasa sosial lewat upaya pembangunan yang dilambangkan atau diwujudkan dalam kegiatan industralisasi menuju suatu masyarakat modern.
9.      Rogers, et. al. (1988), memahami bahwa perubahan sosial adalah suatu proses yang melahirkan perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi dari suatu sistem kemasyarakatan. Ada 3 tahapan utama dalam proses perubahan sosial yang terjadi. Pertama, berawal dari diciptakannya atau lahirnya sesuatu yang berkembang menjadi suatu gagasan. Bila gagasan tersebut sudah menggelinding seperti roda yang berputar pada sumbunya, dan sudah tersebar di kalangan masyarakat maka perubahan tersebut sudah memasuki tahap kedua. Tahapan yang ketiga yaitu disebut dengan hasil, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial yang bersangkutan sebagai akibat dari diterimanya, atau ditolaknya suatu inovasi.
10.  Larson dan Rogers (1964), mengemukakan pengertian tentang perubahan sosial yang dikaitan dengan adopsi teknologi yaitu perubahan sosial merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu bentangan waktu tertentu. Pemakaian teknologitertentu oleh suatu warga masyarakat akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat perilaku anggota masyarakat yang bersangkutan.
11.  Ferdinand Toennies (1855-1936), menggambarkan proses perubahan sosial sebagai perkembangan dari Gemeinschaft menjadi Gesellschaft. Gemeinschaft (paguyuban) adalah kelompok orang yang relasi-relasi interaksionalnya bersifat langsung, dalam, dan terarah kepada diri orang lain dalam keseluruhannya. Sedangkan Gesellschaft (patembayan) adalah kelompok-kelompok di mana interaksional bersifat tidak langsung, dangkal, hanya menyentuh kulit atau permukaan hidup saja, dan terarah pada sebagaian saja dari orang lain, yaitu kedudukan, wewenang, atau kemampuannya.
12.  Atkinson (1987) dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku kelompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus perubahan akan dapat berguna.
13.  Etzioni (1973) mengungkapkan bahwa, perkembangan masyarakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi, suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya.
14.  Herbert Spencer mengungkapkan bahwa suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi antar organ-organnya. Kesempurnaan organisme dicirikan oleh kompleksitas, differensiasi dan integrasi. Perkembangan masyarakat pada dasarnya berarti pertambahan diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari keadaan homogen menjadi heterogen. Spencer berusaha meyakinkan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern justru tidak stabil yang disebabkan oleh pertentangan di antara mereka sendiri. Pada masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap akan terjadi suatu stabilitas menuju kehidupan yang damai. Masyarakat industri ditandai dengan meningkatnya perlindungan atas hak individu, berkurangnya kekuasaan pemerintah, berakhirnya peperangan antar negara, terhapusnya batas-batas negara dan terwujudnya masyarakat global.
15.  August Comte mempunyai pemikiran yang sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam. Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang berdifat progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi perkembangan mahkluk hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferiansi dan terspesialisasi.
Comte membagi perubahan sosial dalam dua konsep yaitu social statics (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat. Sedangkan dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.
16.  William Kornblum (1988), berusaha memberikan suatu pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
17.  Soerjono Soekanto, (1990) mendefinisikan perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya. Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan.
18.  Wilbert Moore (2000), perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.

C. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial
Perlu dipahami dulu makna istilah sebab iti. Sebab ( cause ) seringkali dibatasi sebagai satu penomena yang meliputi kedua hal, yaitu penting dan cukupnya untuk menghasilkan satu akibat ( pengaruh ) yang dapat diperkirakan atau diramalkan. ( Horton & Hunt, 1976 : 447 ). Hal itu penting diketahui karena tidak pernah ada akibat tanpa sebab, dan cukup tidaknya sebab itu sendiri untuk menimbulkan akibat. Didalam ilmu-ilmu social umumnya, sebab-sebab itu adalah sejumlah factor yang berinteraksi didalam memproduksikan satu hasil.
Faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan social adalah factor social dan kebudayaan , bukan factor biologis dan geografis. Meskipun ada juga pendapat yang menyatakan segi biologis dan geografis, namun pendapat tersebut tidak cukup kuat.
Factor-faktor yang turut berinteraksi dalam proses perubahan social, antara lain :
1)    Lingkungan phisik;
Perubahan-perubahan utama di dalam lingkungan fisik kelewat jarang, tetapi sangat-sangat memaksakan, kapan saja terjadi. Misalnya saja, karena gunung meletus, gempa bumi atau perubahan-perubahan cuaca yang mengakibatkan perubahan besar dari daerah subur menjadi tandus, bahkan menjadi daerah padang pasir, akan memaksa penduduk di daerah itu untuk meninggalkan wilayahnya, atau bahkan mengalami kepunahan, hingga punah pula budaya atau masyarakat.
2)    Perubahan penduduk
Perubahan penduduk akan mengakibatkan perubahan social dan kebudayaan, seperti di daerah transmigrasi, yang semula daerahnya masih kurang padat penduduk, atau belum berpenduduk, dengan datangnya penduduk baru di daerah itu. Semakin padatnya penduduk unsure-unsur keramahtamahan kelamaan semakin menjadi kabur, dan akan terjadi perubahan di bidang-bidang kehidupan yang lain. Diantara ilmuan-ilmuan social, ada yang berpendapat bahwa ledakan jumlah penduduk akan mengancam kehidupan dan menyebabkan kehancuran total peradaban moderen.
3)   Isolasi dan kontak
Sejak adanya unsur-unsur baru yang lebih banyak mendatangkan usaha menembus isolasi, terjadi penyebaran yang dapat menimbulkan perubahan dalam segala segi kehidupan, baik social maupun kebudayaan. Kontak social sangat besar pengaruhnya dalam membawa kepada perubahan. Contohnyya, jepang menjadi maju setelah dibuka oleh Amerika, juga RRc, setelah kunjungan Presiden Nixon dari AS pada 1966. Perang dan perdagangan selalu membawa kontak antar kebudayaan dan membawa perubahan. Dewasa ini, dengan semakin digalakkannya tourisme ( pariwisata ), akan semakin terbuka pula terjadinya kontak social dan kebudayaan di antara bangsa-bangsa di dunia.
4)    Struktur social dan kebudayaan
Struktur masyarakat dan kebudayaan berpengaruh pada perubahan. Dari penelitian Inkeles dan Smith ( 1974 ) dituju Negara yang sedang membangun, untuk mendapatkan indicator apa yang menyebabkan orang-orang menerima perubahan?, mereka menemukan bahwa :
a)  Orang-orang yang bekerja dipabrik dan mereka yang membaca surat kabar ternyata lebih mudah menerima perubahan.
b)   Masyarakat yang memberikan otoritas yang besar kepada orang tua, cenderung untuk konservatif dan stabil.
c)     Masyarakat yang menekankan pada comformity ( penyesuaian diri ) pada tradisi adalah kurang menerima perubahan dari pada masyarakat yang memberikan keleluasaan kepada pribadi dan bersifat toleransi sehingga mereka dapat mempertimbangkan budaya yang berbeda-beda.
d)     Birokrasi yang terpusat, sangat dimungkinkan untuk membawa kearah kemajuan dan penyebaran perubahan-perubahan, walaupun kadang-kadang birokrasi digunakan untuk menindas adanya perubahan.
5)    Sikap dan nilai-nilai
Sikap dan nilai-nilai masyarakat sangat mendorong dan sangat sebaliknya. Missal, sikap orang Amerika yang memandang perubahan sebagai hal yang normal tetapi sebaliknya. Sikap orang Tobriand ( di kepulauan diluar New Guenea ) tidak memiliki konsep tentang perubahan itu. Dari kedua gambaran sikap masyarakat itu, jelas sekali bahwa sikap dan nilai-nilai masyarakat dapat mendorong atau sebaliknya pada perubahan.
6)    Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan
Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh pada dasar dan arah perubahan. Dibeberapa Negara yang sedang membangun atau dinegara –negara yang terbelakang, terdapat banyak masyarakat yang mengkonsumsi makanan yang kurang tepat. Orang tidak hanya memerlukan  lebih banyak makanan, tetapi mereka juga membutuhkan makanan yang banyak fariasi, terutama sayur, buah-buahan dan ikan. Kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan ini membawa pengaruh kepada orang dan masyarakat untuk berdaya cipta menemukan sesuatu ( Discovery, Invention, maupun innovation )
7)    Dasar budaya
Dasar budaya ( cultural base ) dimaksudkan seperti yang dikatakan oleh Horton & Hunt ( 1976 : 451 ) “ The accumulation of knowledge and technique available to the invention “ dasar-dasar budaya ini merupakan factor penting dari semua unsur penyebab terjadinya perubahan, sebab ia menyediakan pondasi pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk mengembangkan unsure-unsur baru, yang memperluas kemungkinan adanya inovasi, melipatgandakan serta menyebarluaskannya keluar masyakat an wilayahnya, juga menghasilkan penemuan baru yang lebih banyak dan bermanfaat untuk perubahan.

D. TIPE – TIPE PERUBAHAN SOSIAL
Perubahan sosial dapat terjadi dalam segala bidang yang wujudnya dapat dibagi menjadi beberapa bentuk. Beberapa bentuk perubahan sosial menurut Soekanto, yaitu sebagai berikut :
a)    Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan terjadi secara lambat akan mengalami rentetan perubahan yang saling berhubungan dalam jangka waktu yang cukup lama. Perkembangan perubahan ini termasuk dalam evolusi. Perubahan secara evolusi dapat diamati berdasarkan batas waktu yang telah lampau sebagai patokan atau tahap awal sampai masa sekarang yang sedang berjalan. Adapun penentuan kapan perubahan tersebut terjadi, bergantung pada orang yang bersangkutan.
Perubahan sosial yang terjadi secara cepat mengubah dasar atau sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, perubahan itu dinamakan revolusi. Contohnya, Revolusi Industri di Eropa. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan besar-besaran dalam proses produksi barang-barang industri. Contoh lain Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang mengubah tatanan kenegaraan dan sistem pemerintahan NKRI.
Zoom
b)   Perubahan yang Pengaruhnya Kecil dan Perubahan yang Pengaruhnya Besar
Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan yang memengaruhi unsur-unsur kehidupan masyarakat. Akan tetapi, perubahan ini dianggap tidak memiliki arti yang penting dalam struktur sosial. Contohnya, perubahan mode pakaian yang tidak melanggar nilai sosial. Perubahan yang pengaruhnya besar adalah perubahan yang dapat memengaruhi lembaga-lembaga yang ada pada masyarakat. Misalnya, perubahan sistem pemerintahan yang memengaruhi tatanan kenegaraan suatu bangsa.
c)    Perubahan yang Dikehendaki dan Perubahan yang Tidak Dikehendaki
Perubahan yang dikehendaki (intended-change) atau disebut juga perubahan yang direncanakan (planned-change) merupakan perubahan yang memang telah direncanakan sebelumnya terutama oleh pihak yang memiliki wewenang untuk mengeluarkan kebijaksanaan. Misalnya, penerapan program Keluarga Berencana(KB) untuk membentuk keluarga kecil yang sejahtera dan menurunkan angka pertumbuhan penduduk.
Perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change)atau disebut juga  perubahan yang tidak direncanakan (unplanned-change) umumnya beriringan dengan perubahan yang dikehendaki. Misalnya adanya pembuatan jalan baru yang melalui suatu desa maka sumber alam desa akan mudah dipasarkan ke kota. Dengan demikian, tingkat kesejahteraan penduduk desa akan meningkat. Meskipun begitu lancarnya hubungan desa dengan kota menyebabkan mudahnya penduduk desa melakukan urbanisasi dan masuknya budaya kota terutama yang bersifat negatif, seperti mode yang dipaksakan, minuman keras, VCD porno, dan keinginan penduduk desa untuk memiliki barang-barang mewah.

E. PERUBAHAN SOSIAL YANG TERJADI DI LINGKUNGAN MASYARAKAT
Sekarang ini banyak sekali perilaku yang menunjukkan perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Di lingkungan tempat tinggal saya pun terjadi berbagai macam perubahan sosial, seperti :
1. Perubahan Jumlah Penduduk
Dahulu, sepasang suami istri memiliki anak yang lebih dari dua, misalnya lima, atau enam bahkan lebih. Dengan adanya program Kelurga Berencana (KB), saat ini sepasang suami istri hanya mempunyai 2 orang anak. Selain dipengaruhi oleh kelahiran perubahan jumlah penduduk di lingkungan saya  juga disebabkan oleh adanya kematian dan juga perpindahan penduduk. Banyak masyarakat yang berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan tetapi juga sebaliknya banyak penduduk yang dari kota berpindah ke desa.
2. Perubahan Kualitas Penduduk
Masyarakat di taun-taun yang lampau hanya menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah saja, namun sekarang masyarakat telah banyak yang menempuh pendidikan hingga Perguruan Tinggi. Dengan demikian pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah, hal ini sebagai akaibat positif dengan terjadinya perubahan.
Akan  tetapi, selain memberikan dampak positif bagi kualitas penduduk,  perubahan sosial juga menimbulkan dampak negatif yang berupa penurunan moral yang dimiliki oleh masyarakat. Penurunan moral ini sering terjadi pada anak muda, hal ini dapat dilihat pada  perilaku yang kurang sopan dalam masyarakat. Misalnya ketika jalan/lewat di depan warga masyarakat tanpa memberi salam, berbicara yang kurang sopan kepada orang lain. Selain itu, banyak juga masyarakat yang tidak mentaati peraturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Misalnya tentang peraturan lalu lintas.
3. Perubahan Sistem Pemerintahan
Perubahan sisitem pemerintahan yang terjadi dalam negara, juga mempunyai pengaruh bagi pemerintahan suatu dusun. Misalnya dalam suatu pengambilan keputusan dalam suatu musyawarah. Di lingkungan tempat tinggal saya pengambilan keputusan dilakukan melalui demokrasi yaitu melalui musyawarah mufakat.
4. Perubahan Mata Pencaharian
Dahulu, Mata pencaharian penduduk di lingkungan saya sebagaian besar adalah sebagai petani, namun dengan berjalannya waktu dan berkembangnya pengetahuan yang mereka miliki, saat ini banyak yang menjadi pegawai negeri, karyawan suatu perusahaan, dan juga ada yang pergi merantau bekerja ditampat lain.
5. Perubahan Gaya Hidup
Seiring dengan perkembangan jaman, gaya hidup masyarakat pun berubah. Saat ini gaya hidup konsumtif sudah menjangkit sampai di lingkungan pedesaan. Warga masyarakat memiliki keinginan untuk berbelanja yang tinggi. Contoh perilaku konsumtif masyarakat dapat dilihat misalnya pada gaya berpakaian. Setiap hari selalu ada model pakain baru yang ditawarkan baik di toko maupun di pasar. Warga masyarakat yang merasa mampu tentunya tidak ingin ketinggalan. Selain itu, dengan adanya perubahan sosial, masyarakat mempunyai pandangan bahwa produk dari luar negeri lebih baik dari pada produk dari dalam negeri.
6. Perubahan karena Adanya Teknologi
Dahulu, para petani di lingkungan tempat tinggal saya masih menggunakan bantuan tenaga hewan dalam mengerjakan/membajak sawahnya dan juga dibantu oleh tetangga dalam menanam padi atau tanaman lainnya. Namun saat ini, dengan berkembangnya teknologi, para petani telah menggunakan traktor dalam membajak sawah dan juga sudah menggunakan mesin perontok padi untuk mengolah hasil panenannya.
Selain teknologi dalam bidang pertanian, teknologi yang berkaitan dengan komunikasi pun berkembang pesat. Dahulu, apabila ingin berkomunikasi jarak jauh memerlukan waktu yang lama. Akan tetapi, alat komunikasi saat ini sudah canggih. Misalnya melalui telepon seluler yang saat ini satu orang tidak hanya memiliki satu alat komunikasi tersebut. Bahkan, sekarang anak usia remaja bahkan yang masih anak-anak sekalipun telah mengenal apa itu facebook, email, twitter, dan lain sebagainya.
7. Perubahan Budaya
Perubahan budaya yang terjadi dalam lingkungan masyarakat dapat dilihat pada  perilaku anak muda saat ini. Banyak yang meniru trend-trend atau budaya masyarakat barat, misalnya cara berpakaian. Sekarang ini, jarang sekali anak muda yang mau mengenakan pakaian adat Jawa (Jogja), begitupun dalam acara pernikahan. Mereka bilang terlalu ribet.
Selain itu, contoh-contoh hasil kebudayaan seperti, angklung, gamelan, kesenian ketoprak, lagu-lagu tradisional tidak lagi diminati oleh masyarakat. Bahkan ada warga yang tidak mengetahui kebudayaan daerah tempat tinggalnya sendiri. Sekarang ini, keberadaan kesenian-kesenian tersebut telah tergantikan oleh adanya lagu-lagu pop, rock, dan lain sebagainya.

F. Teori Perubahan Sosial
Sebuah teori besar merupakan teori yang cakupannya sangat luas dan meliputi beberapa fenomena penting yang terjadi pada semua kurun waktu dan tempat.  Teori tersebut adalah :
1)    Teori Evolusi
Semua teori evolusioner menilai bahwa perubahan social memiliki arah tetap yang dilalui oleh semua masyarakat. Semua masyarakat itu melalui urutan pentahapan yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal menuju ketahap perkembangan terakhir. Disamping itu, teori-teori evolusioner menyatakan bahwa manakala tahap terakhir telah dicapai, maka pada saat itu perubahan evolusioner pun berakhir.
August Comte ( 1798-1857 )seorang sarjana prancis kadang kala disebut sebagai pendiri sosiologi, melihat adanya tiga tahap perkembangan yang dilakukan oleh masyarakat:
1. Tahap teologis (Teological Stage) yang diarahkan oleh nilai-nilai dialami (Supernatural).
2. Tahap metafisik (Methaphysical Stage) yakni tahap peralihan dimana kepercayaan terhadap unsure adikodrati digeser oleh prinsip-prinsip abstrak yang berperan sebagai dasar perkembangan budaya.
3. Tahap positif atau tahap ilmiah (positive or scientific stage) dimana masyarakat diarahkan oleh kenyataan yang didukung oleh prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
Herbert Spencer ( 1820-1903 ) adalah seorang sarjana Inggeris yang menulis buku pertama berjudul Prinsip-Prinsip Sociologi. Sebagaimana halnya dengan kebanyakan sarjana pada masanya, spencer tertarik pada teori  evolusi organisnya Darwin dan ia melihat adanya persamaan dengan evolusi social-peralihan masyarakat melalui serangkaian tahap yang berawal dari tahap kelompok suku homogen dan sederhana ke tahap masyarakat modern yang kompleks. Spencer menerapkan konsep yang “terkuatkanlah yang akan menang” nya Darwin (Survival Of The Fittest) terhadap masyarakat. Ia berpandangan bahwa orang-orang yang cakap dan bergairah (energetic) akan memenangkan perjuangan hidup, sedang orang-orang yang malas dan lemah akan tersisih. Pandangan ini kemudian dikenal dengan “ Darwinisme  social “ dan banyak dianut oleh golongan kaya.
Lewis Henry Morgan ( 1818-1881 ), seorang ahli antropologi Amerika, melihat adanya tujuh tahap teknologi yang dilalui oleh masyarakat dari tahap perbudakan hingga tahap peradaban.
Semua teori evolusi memiliki kelemahan tertentu:
1. Data yang menunjung penentuan tahap masyarakat dalam rangkaian tahap seringkali tidak cermat; dengan demikian, tahap suatu masyarakat ditentukan sesuai dengan tahap yang dianggap paling cocok dengan teori
2. Urutan tahap tidak sepenuhnya tegas, karena beberapa masyarakat mampu melangkahi beberapa tahap antara dan langsung ke tahap industri atau tahap komunis, serta beberapa masyarakat lainnya bahkan mundur ke tahap terdahulu
3. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan social besar akan berakhir ketika masyarakat mencapai tahap akhir.
Walaupun demikian teori evolusi masih mengandung banyak deskripsi yang cermat. Kebanyakan masayarakat sederhana ke masyarakat kompleks. Sampai pada batas-batas tertentu memang ada tahap-tahap perkembangan dan pada setiap tahap berbagai unsure budaya terkait kedalam system yang terintegrasi. Dengan adanya modernisasi beberapa perubahan social telah dianggap perlu, misalnya system transportasi dan bank, spesialisasi pekerjaan, dan organisasi social yang didukung oleh peran, bukannya oleh jalinan kekerabatan. Semua masyarakat yang melakukan modernisasi harus mengalami rangkaian perubahan yang kurang  lebih sama. Jadi, walaupun teori tentang adanya serangkaian tahap tidak sepenuhnya benar, namun teori itupun tidak sepenuhnya salah.
2)    Teori Siklus
Menurut teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan social merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari dan tidak menutup kemungkinan perubahan social itu akan membawa kemunduran atau sebaliknya. Perubahan social akan membawa kearah yang lebih baik.
Oswald Spengeler ( 1880-1936 ), seorang ahli filsafat Jerman, berpandangan bahwa setiap peradaban besar mengalami proses pentahapan kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses perputaran  itu memakan waktu sekitar seribu tahun.
Pitirim Sorokin ( 1889-1968 ) adalah seorang ahli sosiologi Rusia yang melarikan diri ke Amerika Serikat setelah meletus nya revolusi. Ia berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga system kebudayaan yang berputar tanpa akhir.
1. kebudayaan ideasional (ideational cultural) yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan terhadap unsure adikodrati (supernatural)
2. kebudayaan idealistis dimana kepercayaan terhadap unsure adikodrati dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam menciptakan masyarakat yang ideal
3. kebudayaan sensasi dimana sensasi merupakan tolak ukur dari kenyataan dan tujuan hidup.
Arnold Toyenbee ( 1889-1975 ), seorang sejarawan Inggris, juga menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan, keruntuhan, dan kematian.
3)    Teori Konflik
Teori ini  menilai bahwa sesuatu yang konstan atau tetap adalah konflik social bukan perubahan social karena perubahan hanyalah merupakan akibat dari adanya konflik tersebut. Karena konflik berlangsung terus menerus maka perubahan tersebut juga akan mengikutinya.
4)    Teori Fungsionalis
Menurut teori ini beberapa unsure kebudayaan bisa saja baerubah dengan cepat. Sementara unsure lainnya tidak dapat mengikuti perubahan unsure tersebut. Yang terjadi adalah ketertinggalan unsure yang berubah secara peralihan tersebut menjadikan kesenjangan sosial (cultural lag). Perubahan social dianggap suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu diintegrasikan dalam kebudayaan.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat bergerak ke arah suatu kemajuan, dalam hal ini masyarakat akan berkembang. Sebaliknya, perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami kemunduran.
Banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai perubahan sosial. Diantaranya William F. Ogburn, Selo Soemardjan, Ferdinand Toennies, Gillin dan Gillin, dan masih banyak ahli lainnya. Salah satu pandangan yang paling dikenal oleh masyarakat yaitu pendapat  Selo Soemardjan (1962: 379) yang merumuskan perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Ada tiga (3) bentuk atau tipe perubahan sosial. Tipe-tipe tersebut adalah : perubahan lambat dan perubahan cepat, perubahan yang dikehendaki dan perubahan yang tidak dikehendaki, dan perubahan yang pengaruhnya kecil dan perubahan yang pengaruhnya besar. Perubahan sosial yang terjadi di lingkungan saya adalah sebagai berikut : perubahan jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, perubahan mata pencaharian, perubahan kualitas penduduk, perubahan peraturan, perubahan karena adanya teknologi, dan perubahan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.
Sugihen, Bahrein T. 1994. Sosiologi Pedesaan. Jakarta : Rajawali Pers.
Waluya, Bagja. Sosiologi 3. 2009.  Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat Untuk Kelas XII. Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Veeger, Karel J, dkk. 1997.  Pengantar Sosiologi. Jakarta : Victory Jaya Abadi.
Giddens, Anthony, dkk. 2009. Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya. Yogyakarta : Kreasi Wacana.



Post a Comment

0 Comments