BAB I
PENDAHULUAN
I.I.Latar Belakang
Pada dasarnya setiap individu adalah mahluk social yang
tidak dapat terlepas dari pengaruh social ( social influence ) yang akan
mempengaruhi bagaimana ia bertingkah laku dalam lingkungannya.Secara
defenitif,pengaruh social adalah usaha untuk mengubah sikap,kepercayaan
(belief),persepsi ataupun tingkah laku satu ataupun beberapa orang
lain.seperti definisi diatas,dapat dikatakan bahwa pengaruh social sangat
berpengaruh terhadap diri individu dan dapat membuat individu mengubah suatu
sikap,kepercayaan,persepsi atau pun tingkah lakunya agar dapat diterima oleh
lingkungan sosialnya.Contohnya saja ketika seorang perempuan dari kalangan
keluarga pesantren yang taat,dan menjunjung tinggi nilai bahwa wanita harus
segera dinikahkan ketika dewasa agar tidak menimbulkan fitnah meskipun wanita
tersebut ingin melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi namun karena
pengaruh social sangat kuat terhadap dirinya maka ia tidak dapat mempengaruhi
lingkungan sosialnya dalam mengambil keputusan tetapi lingkungan
sosialnyalah yang mempengaruhi ia dalam mengambil keputusan.
I.2.Rumusan Masalah
1.Pengertian pengaruh social dan tingkatan
pengaruh social?
2.Bagaimana cara menerima pengaruh orang lain dan
bentuk-bentuk pengaruh social?
3.Apa saja faktor-faktor situasi yang mempengaruhi
konformitas?
4.Apa saja bentuk ketiga dari pengaruh social?
5.Perilaku kelompok dan Klasifikasi peran kelompok?
6.Faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas keputusan
kelompok?
I.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian pengaruh social dan
tingkatan pengaruh social.
2.Untuk mengetahui bagaimanaa cara menerima
pengaruh social dan bentuk-bentuk pengaruh social.
3.Untuk mengetahui apa saja factor-faktor situasi
yang mempengaruhi kinformitas.
4.Untuk mengetahui bentuk ketiga dari pengaruh sosial.
5.Untuk perilaku kelompok dan klasifikasi peran
kelompok.
6.Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi kualitas
keputusan.
BAB II
PEMBAHASAAN
A.Pengertian pengaruh sosial
Pengaruh sosial merujuk pada
perubahan sikap atau perilaku, sebagai hasil dari interaksi dengan orang
lain. Pengaruh sosial juga berpengaruh pada perilaku komunikasi, baik
secara individual maupun komunikasi dalam kelompok.Seberapa jauh dan
mendalamnya pengaruh.sosial terhadap sikap, perilaku dan
komunikasi. Berikut pembahasannya.
Tingkatan Pengaruh Sosial
Terdapat perbedaan tingkat
penerimaan pengaruh sosial pada individu dalam hal ini terdapat dua
kemungkinan, Anda mungkin akan menerima sepenuhnya pengaruh pengaruh
orang lain tersebut (acceptance) atau Anda hanya melakukan perubahan secara
parsial (hanya untuk memenuhi), tidak menerima pengaruh tersebut secara utuh
(compliance).
1. Acceptance(Penerimaan)
Perubahan yang terjadi di dalam
batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial disebut dengan penerimaan
(acceptance).Jika seseorang atau sebuah kelompok meyakinkan Anda untuk
mempercayai dan juga bertindak seperti yang diinginkan maka perubahan yang Anda
lakukan berdasarkan proses yang terjadi di dalam batin. Berikut merupakan
bentuk – bentuk dari acceptance.
a. Indentification (Identifikasi)
Kita mungkin menerima pengaruh
karena kita mengindentifikasi atau memihak sebuah kelompok, individu atau
karena alasan tertentu. Identifikasi membantu mempertahankan hubungan
personal antara mereka yang terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi dari
perubahan keyakinan dan perilaku bukanlah suatu hal yang penting jika
dibandingkan dengan hasilnya. Contoh, Anda memihak suatu lembaga sosial
dan meenrima aturan – aturan yang ada pada lembaga tersebut meskipun Anda belum
mengetahui aturan – aturan itu secar menyeluruh.
b. Internalization (internalisasi)
Bentuk penerimaan yang paling dalam
adalah ketika seseorang merasa yakin untuk mempercayai perubahan sikap.Pada
kasus ini, seseorang telah terinternalisasi dengan keyakinan baru, menerima
makna dan bentuk sosial. Misalnya, Anda bergabung dengan sebuah lembaga
sosial karena Anda sepakat dengan standar yang berlaku di dalamnya
(internalisasi), bukan karena Anda merasa anggota lembaga
tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2. Compliance
Pada beberapa hal, pengaruh sosial
tidak begitu berdampak bagi seseorang, dan juga tidak dapat seutuhnya mengubah
sikap.Ketika Anda mengubah perilaku atau ekspresi dari sebuah sikap, tetapi
tidak menerima perubahan tersebut secara utuh maka inilah yang
disebut dengan compliance. Kita bisa mendapatkan contoh – contoh dari
compliance ini melalui pengamatan terhadap orang lain, Oleh karena alasan
inilah, para peneliti lebih membahas mengenai efek compliance; compliance
mengubah perilaku, dapat diamati, dan diukur, dengan studi – studi yang sudah
ada, sedangkan acceptance hanya dapat diketahui melalui self – report secara
jujur.
B. Menerima pengaruh orang lain
Mengapa kita menuruti dan terkadang menerima pengaruh orang
lain? Ada dua alasan atau standar yang dikemukakan para ahli.
1. Pengaruh Normatif
Menurut teori pembandingan sosial,
untuk memvalidasi atau mempertegas keyakina sosial kita, kita merundingkan atau
mengonsultasikannya dengan perilaku orang lain. Jika pengamatan kita terhadap
orang lain memberi suatu pedoman dalam berperilaku (norma) kita
mungkin akan terpengaruh untuk meniru tindakan tersebut. Standar
atau norma sosial yang didapat dari kepercayaan kita kepada orang
lain akan mengarah pada pengaruh normatif.
Contoh ketika anda hendak
memutuskan kursus apa yang dipilih, mungkin anda meminta saran dari
teman. Lalu, berdasarkan saran teman itulah, Anda menentukan pilihan,
bukan berdasar kemauan anda sendiri. Ini seperti anda menyimpulkan “Orang
– orang itu tidak mungkin salah”.Pengaruh normatif terutama bergantung pada
isyarat/petunjuk sosial, misalnya ukuran kelompok spsial atau status orang yang
memberi pengaruh.
2. Pengaruh Informasional
Terkadang kita mengubah pikiran dan
tindakan karena orang lain telah menunjukkan kita cara yang lebih
baik atau mereka memberi informasi yang berguna. Pengaruh informasi ini
tidak hanya menghasilkan compliance, tetapi juga acceptance. Misalnya,
dalam suatu proyek penelitian yang anda ikuti, anda mendiskusikan dengan rekan
– rekan tentang rencana anda untuk menganalisis data. Kemudian, beberapa
rekan menyarankan prosedur analisis data yang lebih efisien. Anda sadar
bahwa saran itu tepat, lalu anda mengubah rencana anda.Rencana anda berubah karena
anda telah terpengaruh oleh informasi yang diberikan orang lain, bukan
hanya sekedar mengikuti kemauan kelompok (seperti dalam pengaruh
normatif). Banyak bentuk konformitas (penyesuaian) yang melibatkan
pengaruh normatif dan informasi. Orang lain, melalui sifat kelompok
sosial dan hubungan, memberi kita standar normatif, dan informasi baru, dimana
keduanya dapat mempengaruhi pikiran dan perilaku kita.
Bentuk-bentuk pengaruh sosial
Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu :
1. Konformitas
Tidaklah mengherankan jika kita
hanya sekedar mengikuti pikiran dan tindakan teman – teman kita atau orang –
orang yang kita kenal. Dari berbagai hubungan yang dimiliki, kita mendapat
berbagai manfaat, termasuk standar atau norma untuk dapat
menyesuaikan diri. Penelitian klasik telah menguji dampak dari kehidupan
orang lain, baik orang asing ataupun teman, berdasarkan dua proses, yaitu
pembentukan norma (norm formation) dan tekanan kelompok (group
pressure).
faktor – faktor situasi yang mempengaruhi konformitas
dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.
a.
Pembentukan Norma
Norma – norma adalah
pedoman berperilaku, yang membentuk, dan mempengaruhi tindakan kita. Akan
tetapi, norma juga merupakan hasil dari interaksi sosial, yaitu
perilaku yang oleh banyak orang dikatakan sebagai populer, modern atau
“normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita dengan
individu lainnya harus terus saling mempelajari untuk menentukan norma apa yang
ada dan bagaimana harus berperilaku.
Untuk memperjelas pemahaman tentang
pembentukan norma ini, berikut dapat Anda pelajari 1) hasil
penelitian Sherif, dan 2) tentang penularan sosial (social contagion).
1.Pada
tahun 1930-an. Muzafer Sherif menguji kekuatan norma– norma yang diterima
dalam mempengaruhi perilaku. Hasil penelitian Sherif menunjukkan bahwa meskipun
tidak saling mengenal, orang menyandarkan persepsi orang lain untuk menentukan
sebuah norma, lalu menyesuaikan penilaian yang dibuatnya sendiri dengan
norma tersebut. Pembentukan norma dalam sebuah kelompok tidak hanya
menghasilkan standar bagi perilaku pada saat itu, tetapi juga mempengaruhi
penilaian individu untuk masa – masa berikutnya. Ketika kelompok baru
menggantikan kelompok lama, norma terdahulu tetap bertahan dan
mempengaruhi penilaian individu dalam kelompok baru tersebut. Daya
tahan norma sosial ini dapat menjelaskan tradisi yang tetap bertahan
selama beberapa generasi sesudah norma itu pertama kali terbentuk.
Pembentukan norma menurut Sherif ini dapat lebih dijelaskan dengan
proses pembanding sosial, yaitu anggota kelompok, untuk dapat tampil dengan
baik. Me ndasarkan diri pada pola yang diterima dari penilaian orang lain,
lalu menciptakan sebuah norma sosial.
2.Penularan
sosial (social Contagion) Ketika norma terbentuk, norma menyebar luas
dengan cepat, Bukankah kita sering heran bagaimana rumor dan lelucon dapat
tersebar dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya? Penelitian
menyebutkan sejumlah peristiwa yang dapat memicu penularan sosial, yakni
menyebarkan pola perilaku ke banyak orang sebagai hasil dari interaksi yang
dilakukan. Contoh, pekerja pabrik yang tidak mendapat upah yang cukup dan
tidak dalam keadaan sehat mungkin merasa mempunyai penyakit yang berbahaya
(yang imajiner). Rekan kerja yang melihatnya kemudian merasa mendapat
gejala yang sama. Penyakit yang imajiner ini, dam “gejala” yang lebih
bersifat emosional adalah model atau acuan yang dicontoh oleh pekerja pabrik
lainnya. Inilah yang dimaksud dengan “penularan”, sama seperti
pekerja pabrik yang bersimpati dan merasa sama dengan rekannya yang dipecat.
b. Tekanan Kelompok (Group pressure)
Kebanyakan sandi tentang conformity menemukan dampak dari
kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok itu hadir (anggota –
anggotanya hadir secara fisik). Lain waktu mungkin kelompok tersebut
imajiner, seperti ketika Anda menganggap bahwa penonton
yang lain telah mengisi bangku – bangku yang ada. Penelitian
yang paling berpengaruh dalam terhadap tekanan kelompok dilakukan oleh
psikolog sosial Solomon Asch. Pada tahun 1940-an dan 1950-an. Asch
meneliti pengaruh tekanan kelompok terhadap penilaian dan perilaku
individu. Kemudian, penelitian tersebut juga menguji pengaruh tekanan dari
kelompok imajiner. Studi Asch menyimpulkan meskipun berada diantara orang
yang tidak dikenal, individu secara sosial tepengaruh untuk melakukan
konformitas dengan norma – norma, bahkan ketika subjek dapat melihat sendiri
realitas yang ada.
Penelitian Asch kemudian dilanjutkan oleh
Crutchfield.Penelitian Asch telah menegaskan bahwa keberadaan orang lain yang
dapat terlihat secara fisik, menciptakn tekanan kelompok untuk conform.
Sedangkan Crutchfield menemukan bahwa meskipun keberadaan orang lain itu
bersifat tidak langsung, dan individu tidak berhadapan tatap muka dengan
anggota kelompok, kecenderungan dalam perilaku kelompok menciptakan pengaruh
untuk conform.
C. Faktor – faktor situasi yang mempengaruhi
konformitas
Penelitian yang dilakukan Asch dan lainnya menemukan
beberapa faktor yang dapat menentukan konformitas, yaitu:
1) Ukuran Kelompok Peningkatan ukuran kelompok, dari tiga
hingga lima orang, juga akan meningkatkan kecenderungan di antara
para anggotanya untuk menyesuaikan diri.
2) Kebulatan suara (Unanimity) Kelompok yang sepakat
mendatangkan penyesuaian yang lebih besar dari para anggota, dibandingkan
kelompok yang tidak bulat suaranya. Kehadiran suatu hal berbeda atau menyimpang
memudahkan anggota lainuntuk tidak menyesuaikan diri. Dampak dari
pemecahan penyesuaian ini bisa dilihat dari ketika hal yang menyimpang telah
meyeruakan ketidaksepakatannya maka orang lainmendapatkan contoh dari
ketidaksesuaian yang dapat diikuti.
3) Kohesi Kelompok,Kohesi kelompok adalah loyalitas
kelompok, yakni kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal
dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. Kohesi kelompok
merujuk pada suatu keadaan dimana para anggota kelompok merasa saling terikat
dan memiliki nilai yang dibagi bersama. Kohesi kelompok ditantai oleh
“semangat kelompok”. Kohesi kelompok terbentuk dari dansebaliknya
mempengaruhi komunikasi dalam kelompok.Konformitas lebih besar terjadi dalam
kelompok yang mempunyai kohesi. Saling menyukai dan menikmati keberadaan
oranglain dalam kelompok membuat anda semakin sulit untuk berbeda dari pendapet
kelompok.
4) Komitmen Publik Penyesuaian lebih tinggi terjadi dalam
kelompok yang penilaian dan pilihannya dibuat dihadapan publik. Contoh,
pada pemilihan kandidat yang dilakukan secara voting
dengan cara menghitung jumlah tangan yang teracung, anggota
kelompok akan merasa mendapat tekanan untuk menyesuaikan diri dengan opini oranglain.
Ini berbeda ketika pemilihan dilakukan secara rahasia agar
seseorang akan merasa lebih aman dan lebih bebas dari kecaman
orang lain.
d. Perbedaan individual yang mempengaruhi konformitas
Perbedaan yang dimilika masing – masing individu menyebabkan berbeda
pula kecenderungan untuk menyesuaikan diri, faktor – faktor yang
mempengaruhinya untuk menyesuaikan diri, antara lain:
1) Status Individu yang memiliki status yang lebih rendah
cenderung mudah melakukan penyesuaian, dibandingkan individu dengan status
tinggi. Orang yang berpenampilan baik dan menarik lebih mudah ditiru
ketika mereka memberi contoh yang buruk. Orang – orang yang mempunyai
pekerjaan dengan status rendah lebih mencari panduan pada atasan (superior).
2) Gender Meski banyak studi tentang konformitas tidak
memperlihatkan adanya perbedaan gender, beberapa di antaranya mengatakan bahwa
dalam kondisi tertentu, perempuan lebih konformis daripada lelaki. Dampak dari
gender ini mungkin hanyalah bentuk lain dari pengaruh status yang
lebih diungkap sebelumnya.
3) Kepribadian (personality traits) Perbedaan kepribadian
dalam perilaku sosial adalah hal yang menarik.Pertanyaan yang cenderung
diajukan adalah “Orang seperti apakah yang menyesuaikan
diri?” Bagaimanapun, usaha untuk menemukan hubungan yang tetap antare
kepribadian dan penyesuaian diri menghasilkan kesimpulan yang
lemah. Beberapa studi mengatakan bahwa orang yang kuat
kebutuhannya akanpersetujuab sosial (social approval) cenderung mudah
menyesuaikan diri. Umumnya, penelitian tentang “kepribadian yang menyesuaikan
diri” (conforming personalities) menyebutkan bahwa ketika situasi untuk
penyesuaian “kuat”, Kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri mungkin
berkaitan dengan pola perilaku oranglain atau kecenderungan pribadi.
4) Budaya Perbedaan budaya dan bangsa menyebabkan perbedaan
nilai – nilai dan tujuan. Sejumlah studi menunjukkan perbedaan budaya
mempengaruhi konformitas.
2.
Kepatuhan
Setelah PD II banyak orang Amerika
merasa yakin bahwa apa yang terjadi di Jerman pada masa Nazi, tidak mungkin
terjadi di Amerika karena orang Jerman lebih patuh (dibandingkan orang Amerika
pada umumnya) pada pemimpi mereka walaupun pemimpin itu seorang diktator keras
seperti Adolf Hitler. Apakah ini benar ? Psikolog sosial di
Universitas Yale, Stanley Milgram membuat suatu eksperimen yang kontroversial
untuk menemukan dasar dari kepatuhan (obedience) sejauh
individu akan mematuhi perintah seseorang yang tidak dikenal, tetapi
memunyai wewenang. Kesimpulan penting dari penelitian Milgram adalah bahwa
situasi sosial dapat sangat berkuasa (berpengaruh). Dalam hal ini terdapat
konsep Experimental realism, yakni realitas terhadap pengalaman yang dapat
mempengaruhi kepatuhan, dimana individu menafsirkan situasi yang sangat kuat,
membuat kebanyakan individu sulit untuk melawan. Meskipun kita terdorong
untuk menanyakan “Orang seperti apa yang akan mematuhi perintah untuk menyakiti
orang yang tidak bersalah?”, tetapi dalam psikologi sosial, pertanyaan
yang lebih bermanfaat adalah “Aspek – aspek apakah dari situasi yang mebuat
orang sulit untuk tidak mematuhi perintah?”
Penelitian Milgram lebih lanjut mengidnetifikasi faktor –
faktor yang mempengaruhi kemauan individu untuk patuh dan kemampuan untuk tidak
patuh, antaralain.
a. Sosok berwenang Semakin dekat subjek
dengan seseorang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan individu untuk
patuh. Beberapa studi menyatakan bahwa
subjek akan menuruti perintah dari orang yang diyakini mempunyai
wewenang, dengan menilai dari pakaian (misal seragam) atau petunjuk lain (seperti
tanda pangkat, bahasa atau gelar).
b. Dukungan kelompok Dukungan kelompok
berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang patuh, makin
besar individu lain untuk juga patuh. Demikian pula sebaliknya.
D.Bentuk ketiga dari pengaruh sosial adalah kekuasaan
sosial (social power)
Studi mengenai konformitas dan
kepatuhan ini tidak hanya berbeda dalam susunannya, tetapi juga sifat kekuasaan
atau power, yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari power sebuah
kelompok sosial, sementara tekanan untuk patuh datang dari power seseorang yang
berwenang.Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang
menyebabkan perubahan sikap dan perilaku seseorang. Betram Raven
dkk. Mengidentifikasikan tipe power.
a. Reward power (kekuasaan imbalan) Pengaruh yang
berdasarkan kepemilikan, yaitu kemampuan untuk memberi sesuatu yang diinginkan
oleh oranglain atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan orang.
Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati perilaku
orangyang menjadi sasaran pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi
imbalan atas kepatuhan yang diberikan sasaran.
b. Coercive power (kekuasaan hukuman) Power untuk
menghukum. Seseorang dikatakan mempunyai coercive power atas anda
apabila ia mempengaruhi anda dengan cara mengancam akan mengambil
sesuatu dari anda atau membuat anda menderita. Kelemahannya diperlukan
pengawasan dari pemberi pengaruh terhadap perilaku sasaran atau menantang
perintah. Masalah lain dari coarcive power, yaitu tumbuhnya kebencian
terhadap pemberi pengaruh dan menghilangkan semangat sasaran, orang
yang bekerja sama dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa adanya acceptance.
c. Legitimate power (kekuasaan legitimasi) Sebagian
orang dapat mempengaruhi kita karena adanya pengakuan dari kita bahwa mereka
punya hak untuk melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial
yang mereka miliki. Ini merupakan pengaruh sosial berdasarkan kekuatan
legitimasi.Contoh, seorang dosen punya legitimae power untuk menentukan tenggat
waktu pengerjaan tugas untuk mahasiswanya. Legitimate power dibatasi oleh
peran yang dimiliki seseorang. Dosen tidak punya legitimate power untuk
menjadikan mahasiswa sebagai suruhannya.
d. Referent power (Kekuasaan rujukan)
Selain peran profesional, bentuk lain dari hubungan bisa
mempunyai pengaruh sosial. DI bawah pengaruh referent power, seseorang yang
mengidentifikasikan dirinya dengan pemberi
pengaruh akan menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki
oleh teman atau anggota keluarga kita, sebagai pengaruh sosial yang tidak
langsung terhadap kita, sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap
kita. Akan tetapin power ini akan rapuh karena kebencian dan
sikap tidak menghormati dapat memutuskan “kendali” yang dipegang oleh pemberi pengaruh
atas sasarannya.
e. Expert power (kekuasaan ahli) Didasarkan atas
keyakinan seseorang bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan yang tinggi
atau keahlian disuatu bidang tertentu yang berkaitan. Contoh, dokter anda
menyarankan agar anada menurunkan berat badan maka anda akan menerima
saran ini, daripada saran yang sama yang diberikan oleh petugas
kebersihan. Dokter dianggap mempunyai keahlian mengenai kesehatan anda dan
juga kesehatan secara umum. Hali inilah yang membuat dokter punya expert
power dalam mempengaruhi kita tentang hal – hal yang berhubungan dengan
kesehatan kita.
f. Informatinal power (kekuasaan informasional)
Seseorangyang tidak ahli sekalipun dapat mempunyai pengaruh sosial jika
ia memiliki informasi tertentu yang mendukung terjadinya perubahan seperti yang
diinginkan. Informational power ini terlihat dari si pemberi pengaruh yang
menanamkan kesan atau meyakinkan sasaran. Misalnya, sahabat anda tidak
tahu banyak tentang mobil secara umum, tetapi ia bersikeras bahwa mobil yang
anda ingin beli mendapat penilain rendah dari sebuah majalah
terkemuka. Pengetahuan ini dapat mempengaruhi anda tidak jadi membeli
mobil tersebut, seperti yang disarankan sahabat anda. Seluruh tipe
power tersebut mempunyai ketergantungan secara sosial. Artinya, bergantung
pada kualitas, strategi atau modal yang dimiliki oleh pemberi pengaruh, yang
dapat membuat perintah menjadi lebih efektif. Jika seseorang yang hendah
memengaruhi, tetapi tidak bisa memberi imbalan atau hukuman kepada anda, juga
bukan orang yang anda sukai atau hormati, dan tidak memiliki keahlian atau
informasi yang relevan maka orang itu tidak memiliki power yang cukup untuk
mempengaruhi anda.
ikrar tersebut.
Ada dua proses yang menyebabkan kecenderungan ini, yaitu
momentum of compliance dan behavioral commitment. Sikap anda yang seolah –
olah mempercayai sesuatu dapat berkembang menjadi peningkatan dukungan yang
anda perlihatkan. Demonstrasi ini menciptakan momentum compliance,
kecenderungan yang sangat kuat untuk bersandar pada pengaruh yang
ada. Jika tindakan anda itu sangat berbeda dengan apa yang anda
rasakan maka akan tercipta perasaan ketidaksesuaian. Oleh karena setiap
tindakan yang mendapat pengaruh menunjukkan komitmen atas perilaku maka
tindakan yang sudah dikeluarkan tidak dapat ditarik kembali, tetapi anda masih
bisa mengubah sikap. Pengaruh power terhadap orang – orang yang powerless
ini dapat sangat efektif, meski awalnya menghadapi perlawanan, kerjasama sema
atau kepura – puraan.
E.PERILAKU KELOMPOK
Sebagai makhluk sosial manusia tidak
bisa hidup sendiri.Manusia selalu membentuk kelompok – kelompok dan dalam
kelompok itulah mereka berkomunikasi, baik antarsatu orang dengan orang lain
atau satu orang dengan sekelompok orang. Dalam pengembangan hubungan
dengan oranglain, terjadilah saling pengaruh, sikap dan perilaku manusia
berubah karena interaksi dengan orang lain.
KLASIFIKASI DAN PERAN KELOMPOK
Tidak semua kumpulan orang
dapat membentuk suatu kelompok. Secara psikologis sebuah kelompok
didefinisikan atas kualitas fungsional, bukan dari sifat fisiknya.
Dalam psikologi sosial, suatu kelompok terdiri dari kurang lebih dua orang
ataualebih banyak yang berinteraksi, berkomunikasi, dan mempengaruhi
satu sama lain selama beberapa waktu. Meskipun definisi
mengenai kelompok terlihat luas, namun bahasan akan difokuskan pada
psikologi kelompok, terutama tentang perilakunya. Untuk dapat membentuk sebuah
kelompok, sekelompok orang harus saling berbagi bukan hanya keadaan
yang sama tetapi juga persepsi dan tujuan. Anggota kelompok menyadari
keneradaannya satu sama lain, saling berinteraksi dan mempengaruhi.
Untuk berkomunikasi dengan sesama anggota, mereka harus terlibat dalam proses
mengirim dan menerima pesan selama lebih dari beberapa waktu. Contoh,
sekelompok orang yang berada dalam satu lift, bersama – sama melewati
beberapa lantai, tidak dapat dikatakan membentuk suatu kelompok. Namun,
apabila ada satu stimulus yang dapat memusatkan perhatian mereka, misalnya lift
berhebti secara mendadak antara satu dengan yang lainnya, mereka mungkin dapat
dengan cepat membentuk sebuah kelompok. Sekelompok orang yang tidak
saling berinteraksi atau mempengaruhi lebih tepat dianggap sebagai pertemuan
bukan kelompok atau hanya kumpulan individu.
1. Peran
Kelompok
a. Identitas
Kepemilikan dalam kelompok adalah suatu bentuk kategorisasi
sosial, yaitu kelompok menjadi satu aspek dari identitas sosial.Misalnya,
ketika memperkenalkan diri pada orang lain, mungkin anda akan mulai
dengan menyebutkan sebagai mahasiswa suatu jurusan atau universitas. Kelompok
rujukan tidak hanya penting bagi identitas, tetapi juga aspiraai. Ketika
kelompok berhubungan dengan kelompok lain, individu akanmembandingkan
kelompoknua sendiri dengan kelompok lain.
b. Penyimpangan
Tujuan kelompok terkadang dapat mengesampingkan atau
bertentangan dengan tujuan pribadi anggotanya. Seseorang yang
melanggar norma kelompok demi pemuasan kebutuhan pribadi disebut
sebagai penyimpang. Menurut teori perbandingan sosial, penting bagi para
anggota kelompok untuk saling memvalidasi keyakinan. Penyimpangmengancam
validasi tersebut dengan cara merusak atau mengurangi konsensus.
Namun, pada saatnya anggota kelompok akan berkomunikasi dengan
penyimpang guna memulihkan konsensus. Jika usaha tersebut tidak berhasil
maka para anggota mulai menolak keberadaan penyimpang.Akhirya
penyimpang akan disingkirkan keluar dari kelompok, dan konsensus akan
tercapai meski dengan kurangnya anggota.
c. Dampak sosial
Sebuah kelompok akan lebih besar berpengaruh pada
setiap anggotanya jika kuat, pengaruhnya dekat, dan jika kelompok tersebut
mempunyai jumlah yang besar.
2. Struktur dan
Fungsi Kelompok
Psikolog sosial dari Harvard, Robert Bales, membedakan dua
fungsi penting dari perilaku kelompok, yaitu agenda tugas yang berhubungan
dengan pekerjaan dan agenda sosial yang mempertemukan kebutuhan emosional dan
peran sosial anggota kelompok. Pertemuan dua agenda tersebut dilakukan
oleh kelompok dengan beberapa struktur dan proses kunci, yaitu:
a. Norma
Norma didefinisikan sebagai aturan atau bagi perilaku yang
diharapkan dan diterima. Kelompok mengembangkan norma – norma,
bahkan secara tidak sadar, ketika mereka menyesuaikan penilaian satu sama lain.
Dalam kelompok sosial, beberapa norma bersifat eksplisit, yaitu para
anggota tahu tentang norma tersebut dan dapat menjelaskannya kepada anggota
baru. Ada pula norma implisit atau halus, terkadang diterima begitu
saja hingga pada suatu saat terdapat seseorang yang menyimpang, yang tanpa
sadar “menyebrang garis” dan menarik perhatian kelompok. Kebnyakan kelompok
mempunyai norma tentang bagaimana keputusan dibuat
b. Peran, Peran adalah
seperangkat norma yang menentukan perilaku yang pantas bagi kedudukan
atau posisi sosial tertentu. Biasanya dalam kelompok terdapat peran, baik
itu peran yang luas atau peran yang lebih spesifik lagi. Adanya peran
dapat membedakan fingsi dan distribusi dalam kelompok. Penentuan peran
mungkin didasarkan pada bakat individu. Berdasarkan dua fungsi kelompok,
yaitu fungsi tugas dan sosial maka sebagai anggota kelompok mempunyai spesialisasi
tugas dan sebagian lainnya adalah spesialis sosioemosional. Peran yang
diasosiasikan dengan kehormatan atau gengsi, disebut status/posisi
tinggi. Dalam kelompok ada dua macam konflik peran yaitu konflik orang
peran dan konflik antarperan.
c. Kohesi Kelompok Mungkin kualitas yang paling berpengaruh
dalam interaksi kelompok. Rasa ketertarikan dan kesetiaan yang memotivasi
setiap anggota untuk tetap berada dalam kelompok.Salah satu ilustrasi paling
baik dalam menjelaskan kohesi kelompok adalah semboyan kelompok Three musketeers,
yakni all for one and one for all.
Kohesi diukur dari (1) ketertarikan anggota secara
interpersonal pada satu sama lain, (2) Ketertarikan anggota pada
kegiatan dan fungsi kelompok, dan (3) sejauh mana anggota tertarik pada kelompok
sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan pribadinya.
Kohesi kelompok memiliki arti penting dalam keberadaan
kelompok dalam hal berikut ini.
1) Kohesi erat hubungannya dengan kepuasan.
2) Kohesi mendorong produktivitas.
3) Kohesi mendorong semangat karena para anggota merasa
diri mereka sebagai bagian dalam kelompok.
4) Kohesi mendorong komunikasi yang efektif dan efisien
karena semua saluran terbuka.
Sebuah kelompok yang tidak kohesif akan cenderung
menunjukkan sjumlah ciri, seperti ketidaan rasa terlibat dan ketidaan
antusiasme.
3. Proses dalam
Kelompok
Individu dalam konteks kelompok
dapat berperilaku berbeda dari orang lain yang bertindak secara bebas
tanpa ikatan dengan kelompok manapun. Untuk memahami dampak keterlibatan
kelompok kita lihat proses kunci dari kelompok yaitu deindividuasi, fasilitas
sosial, dan sosialisasi kelompok.
a. Dampak terhadap kesadaran diri, deindividualisme
Keterlibatan kelompok dapat memengaruhi selfawareness dan menciptakan
deindividualisasi. Kondisi ini membuat individu kurang berpikir secara mendalam
dan berperilaku sesuai kata hati.Dampak terhadap kesadaran diri, yaitu adanya
pengueangan kesadaran diri, dapat berupa tindakan yang tidak konsisten dengan
sikap individu tersebut dan penyerapan norma kelompok yang terlihat.
b. Dampak terhadap performance (kinerja): fasilitas sosial Kehadiran
orang lain dapat mendorong dan memudahkan pelaksanaan
kinerja. Ini yang dimaksud dengan pengaruh fasilitasi sosial karena
keberaddan oranglaindapat memudahkan pelaksanaan kerja. Pengaruh kehadiran
orang lain juga bergantung pada kompleksitas tugas, dengan keberadaan orang
lain mendorong pelaksanaan tugas yang sederhana, tetapi mengganggu pelaksanaan
tugas yang rumit.
c. Sosialisasi kelompok Proses yang membuat pendatang baru
untuk menjadi anggota seutuhnya dalam sebuah kelompok adalah sisoalisasi
kelompok. Sosialaisasi berlangsung dalam serangkaian tahap, yaitu; investigasi,
sosialisasi, pemeliharaan, dan terkadang resosialisasi dan kenangan.
4. Pembentukan
Keputusan
Pembuatan keputusan adalah salah satu kajian penting dalam
kelompok. Bahkan kelompok informal seperti teman atau rekan
kerja akan menghabiskan waktu untuk membuat keputuasan. Kelompok
formal mempunyai tanggung jawab atas keputusan, seperti bagaimana mengembangkan
perusahaan atau membuat kebijakan untuk mewakili harapan dan kebutuhan
konstituen yang memilih organisasinya.
Perhatian mendasar tentang membuat keputusan adalag apakah
kelompok lebih baik dibanding individu dalam membuat keputusan?
F.Terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi
kualitas keputusan kelompok yaitu:
a. Tujuan Sama Sebuah keputusan akan lebih baik jika
seluruh anggota kelompok menerima tujuan yang sama.
b. Pembagian Tugas Sebagian tugas lebih baik dibagi, dan
sebagian tidak. Tugas yang dibagi yang mengarah kepada delegasi yang lebih
baik dalam kelompok dan hasil akhir tercapai dengan baik pula.
c. Status dan Komunikasi Anggota dengan status lebih
tinggi akan berbicara lebih banyak dan lebih berpengaruh. Sedangkan
anngota yang berstatus rendah akan tunduk pada atasan mereka.
d. Ukuran Kelompok Semakin kecil kelompok akan semakin
efisien pekerjaannya. Kelompok yang lebih besar akan mewakili lebih
banyak pendapat, tetapi setiap anggota kurang berkontribusi dalam putusan akhir
e. Heterogenitas Kelompok Kelompok heterogen meliputi
berbagai macam perbedaan, seperti ras, gender, umur, pekerjaan, sedangkan
anggota dalam kelompok homogen lebih memiliki kesamaan satu dengan lainnya.
Dalam proses pembuatan keputusan mungkin terdapat bias, ada tiga bias sumber
yaitu:
a. Predisposisi anggota
Dalam mempertimbangkan sesuatu anggota kelompok mempunyai
kecenderungan masing – masing. Predisposisi anggota tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang dibuat. b. Solusi Terendah Kebanyakan orang
sulit untuk menerima kritikan oranglain dengan nyaman, terutama ketika para
anggota saling berhadapan dalam pembuatan keputusan kelompok. Ketika
diajukan solusi terendah yang dapat diterima, anggota mendukung dan mengakhiri
konflik diskusi. Ketika keputusan dicapai, anggota lebih mudah
merasionalisasinya daripada mengkritisi atau menawarkan alternatif
lain. c. Pergeseran Pilihan Jika anggota kelompok khawatir atau cemas
untuk saling sepakat Kelompok mewakili masalah yang telah banyak dipelajari dan
dikenal dengan polarisasi kelompok.
5. Polarisasi Kelompok Berkaitan dengan pembuatan
keputusan, dikenal adanya polarisasi kelompok. Ada yang berpendapat bahwa
dalam kelompok individu menjadi kurang berani, kurang kreatif, kurang inovatif,
menghindari resiko. Namun, ada yang berpendapat orang yang berasa dalam
kelompok justru cenderung lebih berani. Biasanya yang terjadi dalam
kelompok adalah apabila sebelum diskusi kelompok para anggotanya mempunyai
sikap agak mendukung tindakan tertentu.Sebaliknya apabila sebelum diskusi para
anggota agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi
mereka akanmenentangnya lebih keras lagi.
Menurut Jalaludin Rahmat terdapat dua implikasi negatif
polarisasi, yaitu Groupthink syndrome adalah proses pengambilan keputusan yang
terjadi pada kelompok yang sangat kohesif di mana anggota – anggotanya
mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya tidak efektif
lagi.
Kedua, adanya ekstremisme dalam kelompok
gerakan sosial dan politik dimana anggota – anggotanya memiliki pandangan yang
sama ketika mereka berdiskusi semakin yakin tentang kebersamaan dan
menyalahkan kelompok lain.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Jadi yang dimaksud dengan pengaruh social usaha yang
dilakukan seseorang atau lebih untuk mengubah sikap,belief,persepsi atau
tingkah laku orang lain dan konformitas menjadi pengaruh dalam kelompok
di lapangan karena konformitas adalah suatu jenis pengaruh social dimana
individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma social
yang ada .Seseorang bertingkah laku dengan cara-cara yang dipandang wajar atau
dapat diterima oleh kelompok atau masyarakat.
Tingkatan Pengaruh Sosial :
1. Acceptance(Penerimaan)
Perubahan yang terjadi di dalam
batin kita sebagai hasil dari pengaruh sosial disebut dengan penerimaan
(acceptance
a. Indentification (Identifikasi)
Kita mungkin menerima pengaruh
karena kita mengindentifikasi atau memihak sebuah kelompok, individu atau
karena alasan tertentu. Identifikasi membantu mempertahankan hubungan
personal antara mereka yang terlibat. Pada bentuk penerimaan ini, isi dari
perubahan keyakinan dan perilaku bukanlah suatu hal yang penting jika dibandingkan
dengan hasilnya.
b. Internalization (internalisasi)
Bentuk penerimaan yang paling dalam
adalah ketika seseorang merasa yakin untuk mempercayai perubahan sikap.Pada
kasus ini, seseorang telah terinternalisasi dengan keyakinan baru, menerima
makna dan bentuk sosial. Misalnya, Anda bergabung dengan sebuah lembaga
sosial karena Anda sepakat dengan standar yang berlaku di dalamnya
(internalisasi), bukan karena Anda merasa anggota lembaga
tersebut sama dengan Anda (identifikasi).
2. Compliance
Pada beberapa hal, pengaruh sosial
tidak begitu berdampak bagi seseorang, dan juga tidak dapat seutuhnya mengubah
sikap.Ketika Anda mengubah perilaku atau ekspresi dari sebuah sikap, tetapi
tidak menerima perubahan tersebut secara utuh maka inilah yang disebut dengan
compliance. Kita bisa mendapatkan contoh – contoh dari compliance ini
melalui pengamatan terhadap orang lain, Oleh karena alasan inilah, para
peneliti lebih membahas mengenai efek compliance; compliance mengubah perilaku,
dapat diamati, dan diukur, dengan studi – studi yang sudah ada, sedangkan
acceptance hanya dapat diketahui melalui self – report secara jujur.
Daftar Pustaka
Baron,Robert,A & Donn Byrne.2004.Psikologi
Sosial Edisi Kesepuluh.Jakarta:Erlangga.
Laura A.King.Psikologi Umum Edisi Kedua
Kolumbia:SalembaHumanika.
Catatanseorangpinggiran.blogspot.co.id/2017/04/makalah-pengaruh-sosial.html.
0 Comments